Setiap dari kita pasti pernah bahkan mungkin kini sedang melakukan sebuah perjalanan. Baik itu perjalanan jauh maupun dekat, perjalanan yang membutuhkan waktu lama maupun sebentar, atau perjalanan menggunakan kendaraan maupun tanpa kendaraan. Asal kita melakukan suatu perpindahan dengan bermaksud agar sampai ke tempat tujuan dalam suatu waktu, maka dapat disebutlah itu suatu perjalanan.
Saat
melakukan suatu perjalanan, kita sering menyaksikan, mendengar bahkan mengalami
sendiri berbagai peristiwa. Peristiwa yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan kita sehari-hari. Yang secara langsung atau tidak langsung merupakan proyeksi
dari perjalanan hidup kita.
Perjalanan
ini sarat filosofi kehidupan.
Sebelum
melakukan perjalanan, seseorang pasti harus memiliki destinasi. Destinasi yang
harus dicapai dalam waktu tertentu ini
menjadi penggerak diri untuk hijrah ke tempat lain yang kita inginkan. Destinasi
juga menjadi tuntunan awal ke mana kaki kita harus mengayun. Dalam ‘perjalanan’
kehidupan kita, destinasi atau tempat tujuan diproyeksikan sebagai keinginan
untuk bertindak. Keinginan ini bisa berupa cita-cita atau harapan akan sesuatu.
Sehingga harus ada proses di dalamnya
untuk mencapai keinginan tersebut.
Saat
sedang menikmati perjalanan, ada kalanya tiba-tiba hujan menghadang di depan. Kadang
kita mengalaminya saat baru beberapa langkah menginjakkan kaki. Ada juga yang
sudah pertengahan perjalanannya. Atau bahkan saat hampir sampai ke tujuan. Dalam
kehidupan nyata hujan tersebut merupakan suatu hambatan. Pertanyaannya adalah
bagaimana kita menghadapai ‘hujan’ tersebut.
Sebagian
orang memilih untuk berteduh di pohonan rindang atau di gedung-gedung pinggiran
jalan sambil menikmati camilan panas. Sebagian lagi memilih untuk melanjutkan
perjalanan yang telah ia mulai untuk mengejar keinginannya agar tercapai tepat
waktu. Walau badai rintangan dan aral menghadang, mereka tetap menerobos,
menghadapinya penuh keyakinan.
Hambatan
tersebut bisa berupa kegagalan, penolakan, tidak adanya dukungan, ke-boring-an, atau hambatan lain. Jika
yakin destinasi kita ini penting, jika keinginan kita besar dan kita yakin
dapat menghadapi hujan-hujan yang ada di hadapan, maka walau berpuluh-puluh
kali gagal, walau ‘hujan’ semakin mengguyur, kaki ini pasti tetap akan
melangkah.
Hamparan keindahan
“Di tengah
perjalanan, terhampar sawah menguning, terdengar kicauan burung gereja
bersahut-sahut di bumbung gubuk. Siluet senja menggantung di langit. Angin
mengarak awan pelan-pelan. Sungguh mahakarya Sang Sempurna terpampang jelas di
depan mata.”
Keindahan
dunia sering kali melenakan kita, membuat kita lupa tujuan awal ke mana harapan
akan bberlabuh. Untuk sekedar ‘menikmati’ sih
boleh-boleh saja –sambil bertafakur lebih baik. Tapi, jangan sampai ‘keindahan
yang semu’ memperlambat bahkan menghentikan langkah kita untuk sampai di
tujuan. Lebih buruknya, jangan sampai keindahan yang seharusnya kita syukuri
merubah menjadi musibah bagi diri sendiri. Lihatlah ke depan, masih ada harapan
yang harus kita capai.
Musibah...
Saat menyusuri jalan yang berkelok, ada saja
satu-dua kendaraan atau traveler mengalami
musibah. Mulai dari yang masuk jurang, menghantam pagar pembatas jalan dan ada
juga yang ‘laga body’ antar kendaraan. Tak ayal, traveler mengalami luka
ringan, berat bahkan sampai meregam nyawa.
Innalillahi wa inna illaihi raji’un...
Di kehidupan
nyata, saat kita dalam usaha pencapaian cita sering kiita dihadapkan dengan
kegagalan-kegagalan orang lain. Kegagalan tersebut kadang menjadi penyurut,
kadang juga menjadi peningkat semangat kita. Tergantung sudut pandang kita.
Tergantung bagaimana kita mengahadapi. Jika untuk melihat saja kita menjadi ngeri , terngiang-ngiang bagaimana jika
kita yang mengalami, kita menjadi trauma untuk melangkahkan kaki melanjutkan
perjalanan. Tapi, jika kita telaah lebih dalam menyusuri penyebab kenapa semua itu bisa terjadi, pada akhirnya
sebab-sebab tersebut menjadi pelajaran untuk kita berhati-hati.
Bagaimana agar bisa sampai tujuan dengan
selamat, cepat dan tepat waktu?
“Banyak jalan menuju Roma”, mungkin begitulah istilahnya untuk menyikapi pertanyaan di atas. Ada jalan yang mempercepat, ada pula yang memperlambat. Ada jalan pintas yang pantas dan ada juga jalan pintas yang tak pantas tapi dipantas-pantaskan. Banyak juga jalan yang penuh persimpangan yang kita jumpai. Jika kita salah menentukan persimpangan, maka bisa jadi kita kan tersesat. Oleh karenanya, di dalam kehidupan nyata kita harus memiliki guide – pedoman hidup agar kehidupan kita tetap pada jalan yang benar. Agar kita tidak tersesat.
Garis Finish...
Dan setelah
menghadapi berbagai peristiwa, sampailah kita pada tujuan yang diharapkan.
Nikamati hasil jerih payah kita selama ini atau capai sesuatu yang lebih SEMPURNA.
Selamat menikamati
PERJALANAN HIDUP Anda !!
8
Desember 2013