Minggu, Agustus 24

Filosofi Perjalanan


Setiap dari kita pasti pernah bahkan mungkin kini sedang melakukan sebuah perjalanan. Baik itu perjalanan jauh maupun dekat, perjalanan yang membutuhkan waktu lama maupun sebentar, atau perjalanan menggunakan kendaraan maupun tanpa kendaraan. Asal kita melakukan suatu perpindahan dengan bermaksud agar sampai ke tempat tujuan dalam suatu waktu, maka dapat disebutlah itu suatu perjalanan.

Saat melakukan suatu perjalanan, kita sering menyaksikan, mendengar bahkan mengalami sendiri berbagai peristiwa. Peristiwa yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Yang secara langsung atau tidak langsung merupakan proyeksi dari perjalanan hidup kita.

Perjalanan ini sarat filosofi kehidupan.

Sebelum melakukan perjalanan, seseorang pasti harus memiliki destinasi. Destinasi yang harus  dicapai dalam waktu tertentu ini menjadi penggerak diri untuk hijrah ke tempat lain yang kita inginkan. Destinasi juga menjadi tuntunan awal ke mana kaki kita harus mengayun. Dalam ‘perjalanan’ kehidupan kita, destinasi atau tempat tujuan diproyeksikan sebagai keinginan untuk bertindak. Keinginan ini bisa berupa cita-cita atau harapan akan sesuatu. Sehingga  harus ada proses di dalamnya untuk mencapai keinginan tersebut.

Hujan sebagai penghalang



Saat sedang menikmati perjalanan, ada kalanya tiba-tiba hujan menghadang di depan. Kadang kita mengalaminya saat baru beberapa langkah menginjakkan kaki. Ada juga yang sudah pertengahan perjalanannya. Atau bahkan saat hampir sampai ke tujuan. Dalam kehidupan nyata hujan tersebut merupakan suatu hambatan. Pertanyaannya adalah bagaimana kita menghadapai ‘hujan’ tersebut.

Sebagian orang memilih untuk berteduh di pohonan rindang atau di gedung-gedung pinggiran jalan sambil menikmati camilan panas. Sebagian lagi memilih untuk melanjutkan perjalanan yang telah ia mulai untuk mengejar keinginannya agar tercapai tepat waktu. Walau badai rintangan dan aral menghadang, mereka tetap menerobos, menghadapinya penuh keyakinan.

Hambatan tersebut bisa berupa kegagalan, penolakan, tidak adanya dukungan, ke-boring-an, atau hambatan lain. Jika yakin destinasi kita ini penting, jika keinginan kita besar dan kita yakin dapat menghadapi hujan-hujan yang ada di hadapan, maka walau berpuluh-puluh kali gagal, walau ‘hujan’ semakin mengguyur, kaki ini pasti tetap akan melangkah.

Hamparan keindahan


“Di tengah perjalanan, terhampar sawah menguning, terdengar kicauan burung gereja bersahut-sahut di bumbung gubuk. Siluet senja menggantung di langit. Angin mengarak awan pelan-pelan. Sungguh mahakarya Sang Sempurna terpampang jelas di depan mata.”

Keindahan dunia sering kali melenakan kita, membuat kita lupa tujuan awal ke mana harapan akan bberlabuh. Untuk sekedar ‘menikmati’ sih boleh-boleh saja –sambil bertafakur lebih baik. Tapi, jangan sampai ‘keindahan yang semu’ memperlambat bahkan menghentikan langkah kita untuk sampai di tujuan. Lebih buruknya, jangan sampai keindahan yang seharusnya kita syukuri merubah menjadi musibah bagi diri sendiri. Lihatlah ke depan, masih ada harapan yang  harus kita capai.

Musibah...
Saat menyusuri jalan yang berkelok, ada saja satu-dua kendaraan atau traveler mengalami musibah. Mulai dari yang masuk jurang, menghantam pagar pembatas jalan dan ada juga yang ‘laga body’ antar kendaraan. Tak ayal, traveler mengalami luka ringan, berat bahkan sampai meregam nyawa.

Innalillahi wa inna illaihi raji’un...

Di kehidupan nyata, saat kita dalam usaha pencapaian cita sering kiita dihadapkan dengan kegagalan-kegagalan orang lain. Kegagalan tersebut kadang menjadi penyurut, kadang juga menjadi peningkat semangat kita. Tergantung sudut pandang kita. Tergantung bagaimana kita mengahadapi. Jika untuk melihat saja kita menjadi ngeri , terngiang-ngiang bagaimana jika kita yang mengalami, kita menjadi trauma untuk melangkahkan kaki melanjutkan perjalanan. Tapi, jika kita telaah lebih dalam menyusuri penyebab kenapa  semua itu bisa terjadi, pada akhirnya sebab-sebab tersebut menjadi pelajaran untuk kita berhati-hati.

Bagaimana agar bisa sampai tujuan dengan selamat, cepat dan tepat waktu?


“Banyak jalan menuju Roma”, mungkin begitulah istilahnya untuk menyikapi pertanyaan di atas. Ada jalan yang mempercepat, ada pula yang memperlambat. Ada jalan pintas yang pantas dan ada juga jalan pintas yang tak pantas tapi dipantas-pantaskan. Banyak juga jalan yang penuh persimpangan yang kita jumpai. Jika kita salah menentukan persimpangan, maka bisa jadi kita kan tersesat. Oleh karenanya, di dalam kehidupan nyata kita harus memiliki guide – pedoman hidup agar kehidupan kita tetap pada jalan yang benar. Agar kita tidak tersesat.

Garis Finish...

Dan setelah menghadapi berbagai peristiwa, sampailah kita pada tujuan yang diharapkan. Nikamati hasil jerih payah kita selama ini atau capai  sesuatu yang lebih SEMPURNA.

Selamat menikamati PERJALANAN HIDUP Anda !!


8 Desember 2013
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...