Sabtu, Desember 7

Nenekku Pahlawanku


Surya di luar mulai beranjak ke ufuk, sinar keemasannya berlomba masuk ke sela-sela ruang tamu. Aku dan temanku sejak siang tadi duduk khusu' mendengar bincang nenekku. Wajahnya yang kirut bak kulit jeruk purut, masih tampak berseri dengan senyum di sela bincangnya.
Nenekku, yang tak lagi muda (itu jelas), bersemangat menjawab pertanyaanku tentang masa mudanya. Sesekali aku dan temanku saling pandang dan mengernyitkan dahi saat ada kata yang tak kami mengerti. Itu karena bahasa ibunya, hanya bahasa Aceh, sedang aku tak seratus persen paham bahasa Aceh walau aku lahir dan dibesarkan di Aceh.
Nama nenekku sama seperti istri pertama Rasulullah, Khadijah. Tapi, orang kampungnya lebih mengenalnya dengan sebutan Nek Sawo. Mungkin karena dulu di rumahnya ada pohon sawo. Tak ada yang tahu pasti berapa usianya kini. Seingat ia, usianya 93 tahun tapi aku yakin usianya lebih dari itu. Bertolak belakang dengan usianya, ia masih tampak sehat dan gagah. Tubuhnya tak bungkuk menunduk. Soal ingatan, tak diragukan ia masih hafal betul kebiasaan saat mudanya. Seperti kegemarannya menginai jari-jari dengan daun pohon pacar waktu ia muda.
Kata nenekku, teman-teman sebayanya hanya tinggal beberapa orang saja. Alhamdulillah, Allah memberikan nenekku usia yang panjang dan masih diberikan kesehatan. Nenekku memang hebat. Seusianya ia masih rajin dan sanggup puasa. Puasa ramadhan tak pernah ia tinggal. Puasa sunnahnya rutin. Mulai dari puasa senin-kamis, puasa enam bulan Syawal, sampai puasa ra'jab dan yang lainnya. Mungkin, puasa menjadi jawaban kenapa ia sampai saat ini kuat ingatan dan kuat tenaganya.
Nenekku juga rajin bekerja. Kalau tak dilarang ia mungkin masih pergi ke sawah. Untung saja, nenekku mau mendengar anak-anaknya. Nenekku tak ingin diam di rumah. Ia sesekali pergi ke ladang untuk mencari kayu bakar. Tapi, belekangan sudah tak ia lakukan, (lagi-lagi) karena larangan anak-anaknya. Sekerang, ia menghabiskan waktu dengan memelihara bebek. Setiap kali anaknya yang di kota mengajaknya untuk menginap, ia kadang menolak berlama-lama. Ingat bebek, katanya.
Aku adalah cucu dari anaknya yang ke lima dari pernikahannya yang kedua. Dari dua pernikahannya, nenekku dikaruniai sembilan orang anak. Dua di antaranya meninggal dunia saat masih bayi. Entah sudah berapa cucu dan cicit yang dimiliki nenekku. Yang jelas saat semua berkumpul, rumah nenekku pasti akan sangat ramai.
Nenekku memang hebat. Semoga, ia diberi umur panjang hingga mendapatkan cucu dari keluargaku. :)
Amin...
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...